MAKALAH
ILMU TAUHID
TAUHID SEBAGAI INTISARI ISLAM
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu : Drs. Zaenuri, M.H
Disusun Oleh :
1.
Ainun Rahmah
(1705036001)
2.
Noor Safira
Ikhtiari ( 1705036002)
3.
Siti Masitoh
(1705036003)
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2017
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr,wb.
Puji
dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman
yang terang benerang ini yaitu Dinnul Islam.
Makalah
ini dibuat guna untuk menyelesaikan tugas kelompok Ilmu Tauhid. Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu
kami senantiasa terbuka untuk memerima pembaca dalam memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita sekalian.
Wassalamu’alaikum wr,wb.
Semarang, September 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang 1
B.
Rumusan Masalah 1
C.
Tujuan 1
D.
Manfaat 2
BAB II ISI
A.
Pentingnya
Tauhid 3
B.
Uluhiyah (
transendensi ilahi) Dalam Agama Yahudi dan Kristen 4
1.
Kritik Islam
Terhadap Agama Yahudi 4
2.
Pelanggaran
Agama Kristen 4
C.
Sifat Uluhiyah
(transendensi ilahi) Tuhan Dalam Islam 5
1.
Transendensi
Dalam Seni 5
2.
Transendensi
Dalam Bahasa 5
3.
Pelestarian
Bahasa Arab 5
D.
Sumbangan Khusus
Islam Kepada Kebudayaan Dunia 6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan 7
B.
Saran 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tauhid merupakan hal yang paling penting dalam agama
Islam, dimana tauhid mempunyai peran penting dalam pembentukan pribadi yang
tangguh, selain itu tauhid juga berperan sebagai inti atau akar dari Aqidah
Islamiyah. Kalimat Tauhid atau lebih dikenal dengan kalimat Syahadat atau
kalimat Thayyibah (Laailaahaillallah) begitu dikenal di kalangan umat Islam.
Dalam kesehariannya seorang muslim melafalkan kalimat tersebut setiap shalat
wajib.
Namun masyrakat pada saat ini lebih
cenderung mementingkan urusan dunia didandingkan urusan keberagamaan,sehinggga
saat ini sering kita jumpai penyimpangan yang terjadi ditengah-tengah
masyarakat muslim.oleh sebab itu keadaan sekarang semakin buruk,sehinga lama
kelamaan menyadarkan kita akan
pentingnya peran agama islam sebagai pedoman hidung dalam urusan dunia dan
akhirat.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pentingnya
ilmu tauhid ?
2.
Bagaimana
uluhiyah (transendensi ilahi) dalam agama Yahudi dan Kristen?
3.
Apa sifat uluhiyah
(transendensi ilahi) Tuhan dalam Islam ?
4.
Apa sumbangan
khusus Islam kepada kebudayaan dunia ?
C.
Tujuan
1.
Untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Ilmu Tauhid.
2.
Untuk menambah
pengetahuan mahasiswa tentang Ilmu Tauhid.
3.
Untuk mengetahui
intisari tauhid dalam agama Islam.
1
D.
Manfaat
1.
Untuk mengetahui
pentingnya ilmu tauhid.
2.
Untuk mengetahui
uluhiyah (transendensi ilahi) dalam agama Yahudi dan Kristen.
3.
Untuk mengetahui
uluhiyah (transendensi ilahi) Tuhan dalam Islam.
4.
Untuk mengetahui
sumbangan khusus Islam kepada kebudayaan dunia.
2
BAB II
ISI
A.
Pentingnya Tauhid
Pentingnya tauhid dapat dipastikan bahwa ensensi
(inti) peradaban islam adalah islam itu sendiri dan ensensi Islam adalah tauhid
atau penesaan tuhan, tindakan yang menegaskan Allah sebagai yang Esa, pencipta
yang mutlak dan transenden (penesaan tuhan), penguasa segala yang ada.
Tauhid
adalah memberikan identitas dalam peradaban islam yang mengikat semua unsurnya
bersama-sama dan menjadikan unsur tersebut suatu kesatuan yang menyuruh dan
organis yang disebut dengan peradaban. Atau dengan kata lain Tauhid adalah
keyakinan akan Esa-Nya ketuhanan Allah SWT, dan ikhlasnya beribadah hanya
kepada-Nya dan keyakinan atas nama-nama serta sifat-sifat-Nya.
Allah SWT berfirman: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia
kecuali untuk menyembahku...(Q.S Adz-Dzariyat 51:56). Dan pada setiap bangsa
kami telah mengutus seorang Rosul untuk memerintahkan agar menyembah Allah SWT
untuk menghindari Thaghut (menyembah
selain Allah SWT)...(Q.S An-Nahl 16:36). Tuhanmu telah memerintahkan bahwa kamu
tidak boleh menyembah siapapun kecuali Dia...(Q.S Al-Isra’ 17:23). Sembahlah
Allah dan jangan meyekutukan apapun dengan-Nya...(Q.S An-Nisa 4:36). Marilahku
bacakan apa yang diharamkan bagimu oleh Tuhanmu yaitu janganlah kamu
menyekutukan sesuatu dengan Dia... (Q.S Al-An’am 6:151)“.
Jelas sekali, tidak ada satupun perintah dalam islam yang bisa
dilepaskan dari tauhid. Seluruh agama itu sendiri, kewajiban manusia untuk
menyembah Tuhan, untuk mematuhi perintah-perintah-Nya, akan hancur begitu
tauhid dilanggar. Melanggar tauhid berarti meragukan bahwa Allah adlah
satu-satunya Tuhan. Dan berarti menyakini adanya wujud-wujud lain selain Allah
sebagai Tuhan.
Tanpa tauhid takkan ada Islam. Tanpa tauhid bukan hanya sunnah
Nabi yang dapat diragukan saja, tetapi peritahnya pun akan bergoncang dari
kedudukannya, susunan kenabian itu sendiri akan ikut hancur. Wajarlah jika
Allah SWT dan Rasul-Nya menempatkan tauhid pada status tertinggi dan
menjadikan sumber kebaikan dan pahala
yang terbesar. Tidak heran jika seorang muslim dapat didefinisikan dengan
kepatuhannya kepada tauhid, dengan pengakuannya akan keesaan dan transendensi
Allah sebagai prinsip tertinggi dari seluruh ciptaan, semua wujud dan
kehidupan, dari seluruh agama.
3
B.
Uluhiyah (Transendensi Ilahi) Dalam Agama Yahudi dan
Kristen
Agama Yahudi dan Kristen sebelumnya telah muncul sebelum Islam,
sehingga agama Islam harus menghubungkan dirinya dengan kedu agama tersebut.
Ketiganya merupakan bagian dari perjalanan yang panjang dari pembawaan misi
Ilahi diatas bumi, dan menjadi pusat sejarah manusia. Disisi lain
mengidentifikasi diri dengan agama Yahudi dan Kristen, agama Islam juga
menyalahkan keduanya dan berusaha mengoreksi sejarah kedua agama tersebut.
Kesalahan paling serius dalam kesadaran dan adanya kesalahpahaman mengenai
sifat uluhiyah. Kesalahan juga terdapat pada kesejarahan mereka, dalam
teks-teks yang mereka terima sebagai kitab suci dan dalam ungkapan keimanan yang
telah mereka ajarkan kepada manusia.
1.
Kritis Islam Terhadap Agama Yahudi
Islam menuduh agama Yahudi telah berbicara tentang Tuhan
dalam bentuk jamak “Elohim” di kitab Taurat, dengan menyatakan bahwa “Elohim”
mengawini putri-putri manusia (Kitab Kejadian 6:2,4), bahwa Tuhan adalah roh
suci yang dijumpai Yaqub berhadapan langsung dan berkelahi dengannya dan hampir
dikalahkannya (Kitab Kejadian 33:24-30). Islam juga menuduh bahwa hubugan yang
diklaim agama Yahudi untuk mengikat Tuhannya kepada “rakyat-Nya” telah
memaksanya untuk menganak-emaskan mereka meskipun mereka bertidak amoral, keras
kepala dan dengki (Kitab Ulangan, 9;5-6).
2.
Pelanggaran Agama Kristen
Pelanggaran agama Kristen terhadap transendensi Tuhan
bahkan lebih besar lagi. Islam menuduh agama Kristen telah memperluas konsep
non-transenden tentang “Kebapakan Tuhan sebagai Raja Yahudi”. Sesungguhnya
ajaran Katolik telah membatasi dirinya dalam pengertian identitas antara Yesus
dengan Tuhan, yang berbeda dari pluralitas (fakta keagamaan), sifat-sifat dan
kesadaran mereka.
Orang-orang Kristen telah menyatakan keyakinan mereka pada
non-transendensi Tuhan sedemikian nekadnya sehingga keyakinan tersebut menjadi idee fixe (gagasan yang tak tergoyahkan)
bagi mereka. Meskipun orang-orang krosten selalu menyatakn bahwa Tuhan adalah
transsendent, mereka berbicara tentang Dia sebagai manusia yang sesungguhnya.
Tentu saja menurut mereka, Yesus adalah manusia dan Tuhan sekaligus. Orang
kristen tidak bisa menyatakan bahwa Trinitas merupakan cara untuk berbicara
tentang Tuhan, karena jika trinitas bisa mengungkapkan hakikat Tuhan lebih
jelas dibandingkan keEsa’an.
4
C.
Sifat Uluhiyah Tuhan Dalam Islam
Islam menyatakan bahwa transendensi Tuhan adalah urusan semua
orang. Islam menegaskan bahwa Tuhan telah menciptakan semua manusia dalam
keadaan mampu mengenal-Nya dalam transendensi-Nya. Ini adalah anugrah bawaan
manusia sejak lahir, suatu fitrah atau sensus
communis, yang dimiliki semua orang. Kemalasan mental, hawa nafsu dan
kepentingan pribadi menurut islam adalah faktor dari penyimpangan yang
diturunkan dari satu budaya kebudaya lain, dan dari generasi ke generasi
selanjutnya.
Inilah penegasan pertama dari islam yang
menyatakan bahwa “tidak ada Tuhan selain Allah”, yang dipahami oleh kaum
muslimin sebagai janji terhadap Tuhannya. Kaum muslimin bersikap sangat
hati-hati untuk tidak menyekutukan Tuhannya dengan cara apapun. Dalam
pembicaran dan penulisan tentang Tuhan mereka tidak pernah menggunakan bahasa
lain kecuali dengan bahasa dan istilah atau ungkapan Al-Qur’an yang menurut
mereka telah digunakan Tuhan untuk dirinya sendiri dalam wahyu Al-Qur’an.
1.
Transendensi Dalam Seni
Pengaitan benda-benda dengan Tuhan dihindari secara cermat
oleh kaum muslimin pada setiap zaman dan tempat. Tak pernah ada masjid kaum
muslimin yang mempunyai benda yang dapat dikaitkan dengan Tuhannya. Semua seni
islam berkembang untuk memenuhi transendensi ilahi yang menjadi prinsip
estetika tertinggi.
2.
Transendensi Dalam Bahasa
Transendensi dalam bahasa juga dipertahankan oleh kaum
muslimin diseluruh dunia, yang berbicara dalam berbagai macam bahasa dan
tergolong dalam berbagai latar belakang etnis dan budaya. kaum muslimin hanya
menganggap Al-Qur’an yang asli berbahasa arab saja. Al-Qur’an terjemahan hanya
dibuat sebagai alat bantu untuk memahaminya bukan sebagai teksnya.
Al-Qur’an mengungkapkan transendensi dengan memberikan 99
atau lebih nama-nama Allah untuk mengungkapkan kekuasaan-Nya didunia, tetapi
menekankan bahwa “tidak ada sesuatupun seperti Dia”.
3.
Pelestarian Bahasa Arab
Kemampuan setiap pengkaji zaman sekarang untuk memahami
wahyu Al-Qur’an persis seperti masa diturunkanya Al-Qur’an yang merupakan suatu
mukjizat dalam sejarah gagasan. Ungkapan bahwa bahasa berubah menjadi tidak
pernah tetap tidaklah mesti benar. Bahasa arab tidak berubah meskipun
penbendaharaan kata-kata akarnya telah sedikit bertambah untuk mengimbangi
perkembangan baru. Bahasa arab tetap menjadi disiplin yang tertip dan umum,
terbuka untuk diselidiki, dapat dinilai secara akurat, tidak memaksa siapapun
untuk berkomentar kepada seorang pengarang atau kritikus yang baik.
5
D.
Sumbangan Khusus Islam kepada Kebudayaan Dunia
Tauhid atau pengakuan
bahwa tidak ada tuhan selain Allah merupakan pernyataan bahwa tidak ada wujud
yang patutu dianggap sebagai Tuhan kecuali Allah yang dijadikan serangan untuk
pandangan Yahudi, Kristen dan Arab pra-Islam yang menyekutukan wujud-wujud lain
sebagai Tuhan. Ajaran trinitas Kristen mempostulatkan tiga persona dalam diri
Tuhan, yang masing-masing dari padanya adalah Tuhan sepenuhnya, dan menegaskan
bahwa Tuhan telah menjadi manusia, dengan demikian melanggar keesaan dan
transendensi, ke-lain-an mutlak Tuhan. Islam berupaya untuk membersihkan agama
dari semua keraguaan menyangkut transendensi dan keesaan Tuhan. Dengan
demikian, ia mencapai dua tujuan sekaligus: yaitu pengakuan akan Tuhan sebagai
satu-satunya pencipta alam semesta, yang dianugrahi dengan sifat-sifat
kemakhlukan manusiawi yang sama, dengan status kosmik yang sama. Dengan
pernyataan singkatnya, la ilaha illa
Allah, tauhid mengungkapkan pada tingkat aksiologis tiga makna yang baru.
Yang pertama adalah bahwa ciptaan merupakan materi di mana yang mutlak, sebagai
kehendak ilahi, mesti diaktualisasikan.makna yang kedua adalah bahwa manusia
tidak berada dalam kubangan nestapa dari mana dia tidak bisa bangkit.bahwa
jalan bagi manusia penuh dengan halangan dan rintangan, bahwa dia cenderung
tersesat dalam egosentrisme yang malas atau euphoria, adalah
kenyataan-kenyataan. Makna baru yang ketiga dari tauhid yang diungkapkan pada
tingkat aksiologis adalah bahwa karena kebaikan yang harus direalisasikan itu
adalah kehendak ilahi, dan karena kehendak ilahi disebabkan karena sifat
kekhalikanya, adalah sama bagi semua makhluk dalam hal bahwa mereka semua harus
tunduk pada kewajiban-kewajiban yang timbul daripadanya antara tempat-tempat
atau manusia-manusia sebagai obyek tindakan moral.
6
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari yang telah diuraikan sebelumnya, dapat kita simpulkan bahwa
Tauhid adalah inti pokok agama Islam. Tauhid yang telah memberikan identitas
pada peradaban Islam, yang mengikat semua unsurnya bersama-sama dan menjadikan unsur-unsur tersebut satu kesatuan
yang integral dan organis yang kita sebut peradaban.
Kaum muslimin mengambangan ilmu tauhid agar menjadi disiplin,
berlogika, dan beretika. Untuk itu dalam firman Allah SWT “Aku tidak
menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembahku ... Dan kepada setiap
bangsa kami telah mengutusa seorang rosul untu memerintahkan mereka agar
menyembah Allah dan menghindari Thaghut (menyembah
selain Allah SWT) ... Tuhanmu telah memerintahkan bahwa kamu tidak boleh
menyembah siapaun kecuali Dia. Sembahlah Allah dan janganlah menyekutukan-Nya
... “.
Yang lebih jelasnya tauhid sebagai asas utama kehidupan muslim.
Tanpa tauhid segala-galanya akan hancur, termasuk agama Islam itu sendiri.
Kewajiban manusia terhadap Tuhan adalah melaksanakan segala perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya. Karena dengan mengingkari tauhid sama saja kita
meragukan kenyataan bahwa tidak Tuhan selain Allah SWT. Dengan mengingkari
berarti kita menyamakan makhluk-makhluk lain dengan Allah SWT. Ini akan terjadi
sekiranya kita meragui pengertian serta kewajiban kita terhadap Allah SWT. Oleh
sebab itu, Tauhidlah yang dijadikan sebagai intisari agama Islam dalam
kehidupan muslim.
B.
Saran
Dengan pembuatan makalah ini kita dapat mempelajari dan memahami
serta mengambil hikmah betapa pentingnya ajaran tauhid ini bagi umat Islam dan
merupakan faktor terpenting untuk mengembalikan kejayaan Islam pada saat ini.
Untuk itu, kita sebagai generasi penerus perjuangan Islam harus sekuat tenaga
berusaha untuk mengimplementasikan konsep tauhid dalam semua segi kehidupan.
7
DAFTAR PUSTAKA
ü Isma’il Raji Al-Faruqi, 1988. Tauhid. Bandung: Pustaka.
8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar