Kamis, 26 Oktober 2017

akhlak tasawuf noor safira

MAKALAH
AKHLAK TASAWUF
MANUSIA MAKHLUK BERMORAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Mujiono abdillah, M. Ag


Disusun Oleh :
Noor Safira Ikhtiari ( 1705036002)


 PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO                                            SEMARANG
                                                  2017




KATA PENGANTAR

          

Assalamu’alaikum wr,wb.

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benerang ini yaitu Dinnul Islam.
Makalah ini dibuat guna untuk menyelesaikan mata kuliah Akhlak Tasawuf. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya senantiasa terbuka untuk memerima pembaca dalam memberikan saran serta kritik yang dapat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
            Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Wassalamu’alaikum wr,wb.

Semarang, Oktober 2017


                                                                        Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................    i
DAFTAR ISI ...........................................................................................     ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................    1
A.    Latar Belakang .............................................................................      1
B.     Rumusan Masalah ........................................................................      2
C.     Tujuan ..........................................................................................      2
D.    Manfaat ........................................................................................      2
BAB II ISI ...............................................................................................     3
A.    Hakikiat Manusia .........................................................................      3
B.     Definisi Moral ..............................................................................      5
C.     Ciri-ciri Manusia Makhluk Bermoral ..........................................        5
BAB III PENUTUP ................................................................................     8
A.    Kesimpulan ..................................................................................      8
B.     Saran ............................................................................................      8
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................    9




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
     Moral dipahami sebagai ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, dan patokan-patokan tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Sumber langsung ajaran moral dapat berupa agama, nasihat para bijak, orang tua, guru, dan sebagainya. Pendek kara, sumber ajaran moral meliputi agama, tradisi, adat istiadat, dan ideologi-ideologi tertentu. Maududi membagi moral menjadi dua macam, yakni moral religius dan moral sekunder. Moral religius mengacu kepada agama sebagai sumber ajarannya, sedangkan moral sekunder bersumber pada ideologi-ideologi non agama. Kata moral selalu mengacu baik-buruknya manusia, ketika ia sedang menyandang predikat, misalnya sebagai sopir, pemain sepak bola, ataupun penceramah. Moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia, dilihat dari segi baik dan buruknya sebagai manusia, dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.
     Norma moral merupakan salah satu dari tiga norma umum selain norma sopan santun dan norma hukum. Berbeda dengan norma sopan santun yang bersifat lahiriyah dan norma hukum yang bersifat mengikat dan pelakunya dapat dikenai sanksi hukum jika melanggarnya, norma moral merupakan tolak ukur yang dipakai untuk mengukur kebaikan seseorang. Dengan norma-norma moral kita benar-benar dinilai. Itulah sebabnya penilaian moral selalu berbobot. Kita tidak dilihat dari salah satu segi, tetapi sebagai manusia. Seseorang yang tampak sebagai pedagang yang baik, warga negara yang taat, dan selalu berbicara sopan belum dapat segera ditentukan apakah dia benar-benar seorang yang baik. Barangkali saja dia seorang munafik, atau hanya untuk mencar keuntungan. Apakah ia baik atau buruk, itulah yang menjadi permasalahan moral.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa hakikat dari manusia ?
2.      Apa definisi moral ?
3.      Apa saja ciri-ciri manusia makhluk bermoral ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui hakikat manusia.
2.      Untuk mengetahui definisi moral.
3.      Untuk mengetahui ciri-ciri manusia makhluk bermoral.
D.    Manfaat
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf.
2.      Untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang Akhlak Tasawuf.
3.      Untuk memahami dan mengetahui manusia merupakan makhluk bermoral.



BAB II
ISI

A.    Hakikat Manusia
     Menurut Al-Syaibany menyebutkan delapan prinsip-prinsip manusia yang menjadi dasar filosofis bagi pandangan pendidikan Islam, yaitu :
1.      Manusia adalah makhluk paling mulia di alam ini. Allah telah membekalinya dengan keistimewaan-keistimewaan yang menyebabkan ia berhak mengungguli makhluk lain.
2.      Kemuliaan manusia atas makhluk lain adalah karena manusia diangkat sebagai khalifah (wakil) Allah yang bertugas memakmurkan bumi atas dasar ketakwaan.
3.      Manusia adalah makhluk berfikir yang menggunakan bahasa sebagai media.
4.      Manusia adalah makhluk tiga dimensi sepeti segi tiga sama kaki, yang terdiri dari tubuh, akal, dan ruh.
5.      Pertumbuhan dan perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor keturunan dan lingkungan.
6.      Manusia mempunyai motivasi dan kebutuhan.
7.      Manusia sebagai individu berbeda dengan manusia lainnya karena pengaruh faktor keturunan dan lingkungan.
8.      Manusia mempunyai sifat luwes dan selalui berubah melalui proses pendidikan.
Dengan berpegang pada delapan prinsip tersebut, dapat kita tentukan konsep tentang hakikat manusia. Konsepsi ini tentunya mencakup pembahasan tentang proses penciptaan manusia, tujuan hidup, kedudukan, dan tugas manusia.
Menurut Musa Asy’arie menyebutkan empat tahap proses penciptaan manusia, yaitu tahap jasad, tahap hayat, tahap ruh, dan tahap nafs.
1.      Tahap Jasad
Al-Qur’an menjelaskan bahwa permulaan penciptaan manusia adalah dari tanah (turab), yaitu tanah berdebu. Penciptaan dari tanah ini tidak berarti bahwa manusia dicetak dari tanah. Penciptaan ini bermakna simbolik, yaitu sari pati yang membentuk tumbuhan atau binatang yang kemudian menjadi bahan makanan bagi manusia.
2.      Tahap Hayat
Awal mula kehidupan manusia menurut Al-Qur’an adalah air. Maksud air kehidupan adalah sperma. Sperma ini kemudian membuahi sel telur yang ada dalam rahim serang ibu. Sperma inilah yang merupakan awal mula kehidupan seorang manusia.
3.      Tahap Ruh
Maksud ruh disini adalah sesuatu yang dihembuskan Tuhan dalam diri manusia dan kemudian menjadi bagian dari diri manusia. Adanya proses peniupan ruh yang ditiupkan Tuhan dalam diri manusia dan kemudian diiringi dengan pemberian pendengaran, pengelihatan, dan hati merupakan bukti bahwa yang menjadi pimpinan dalam diri manusia adalah ruh.
4.      Tahap Nafs
Kata “nafs” dalam Al-Qur’an mempunyai pengertian diri (keakuan). Diri atau keakuan adalah kesatuan dinamik dari jasad, hayat, dan ruh. Kesatuan ini bersifat spiritual yang tercermin dalam aktivitas manusia.
     Al-Qur’an menjelaskan bahwa tidaklah semata-mata Allah menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah (pengabdian) yaitu nama bagi segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Maksudnya, tujuan hidup manusia adalah ibadah kepada Allah dalam segala tingkah lakunya. Kedudukan manusia menurut Al-Qur’an adalah khalifah (pengganti) Allah dibumi. Manusia sesungguhnya diperintah untuk mengembangkan sifat-sifat Tuhan menurut perintah dan petunjuk-Nya. Seyogianya manusia menganggap proses perwujudan sifat-sifat Tuhan sebagai suatu amanah, agar manusia mempunyai tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan tugasnya.
     Manusia dibekali potensi (fitrah) oleh Allah, para ahli filsafat telah memberikan berbagai predikat kepada manusia, yaitu :
1.      Manusia adalah homo sapiens, artinya makhluk yang mempunyai budi pekerti.
2.      Manusia adalah animale rational, artinya binatang yang dapat berfikir.
3.      Manusia adalah homo laquen, artinya makhluk yang pandai menciptakan bahasa.
4.      Manusia adalah homo faber, artinya makhluk yang pandai membuat perkakas.
5.      Manusia adalah zoon poloticon, artinya makhluk yang pandai bekerja sama.
6.      Manusia adalah  homo economicus, makhluk yang tunduk terhadap prinsip-prinsip ekonomi.
7.      Manusia adalah homo religius, artinya makhluk yang beragama.
8.      Manusia adalah homo planemanet, artinya makhluk yang diantaranya terdiri dari unsur rohaniah-spiritual.
9.      Manusia adalah homo educandum (educable), artinya makhluk yang dapat menerima pendidikan.
B.     Definisi Moral
     Secara etimologis, kata moral berasal dari kata “mos” bentuk jamak dari “mores” yang artinya adat istiadat .Kata moral atau dalam bahasa latin “Moralitas” merupakan istilah untuk menyebutkan orang lain dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Menurut Hurlock (edisi ke-6, 1990) moral adalah sopan santun, kebiasaan, adat istiadat dan aturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
C.    Ciri-Ciri Manusia Bermoral
     KH. Drs. Abu Tauhied Ms mengemukakan ada enam ciri manusia bermoral, yaitu: beriman dan bertakwa, giat dan gemar beribadah, berakhlak muli, sehat jasmani, rohani dan aqli, giat menuntut ilmu, bercita-cita bahagia dunia dan akhirat.
1.      Beriman dan Bertaqwa
Iman yaitu diyakini dengan sepenuh hati, diucapkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan. Sedangkan Taqwa diartikan  sikap memelihara keimanan  yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara Istiqomah. Taqwa inilah yang membedakan derajat kemuliaan seseorang disisi Allah, seperti yang telah dijelaskan dalam QS. Al-Hujurat:13 yang artinya “Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu dihadapan Allah adalah orang yang paling bertaqwa”.
2.      Giat dan Gemar Beribadah
Mengingat bahwa ibadah merupakan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah, maka sudah seharusnya bila seorang manusia yang berkepribadian muslim dan bermoral gemar dalam ibadah, ia akan selalu memanfaatkan setiap waktunya untuk beribadah kepada Allah.
3.      Berakhlak Mulia
Berakhlak mulia merupakan pertanda kesempurnaan iman seseorang, maka sudah seharusnya manusia berkepribadian muslim dituntut untuk memiliki ciri sebagai makhluk yang berakhlak mulia.
4.      Sehat Jasmani, Rohani dan Aqli
Islam menghendaki agar umatnya sehat dan kuat, baik jasmani, rohani, dan akalnya. Islam tidak menghendaki umatnya lemah dan sakit-sakitan. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW. Bersabda: “Orang mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada prang mukmin yang lemah” (HR. Muslim) .
a.       Sehat jasmani, maksudnya adalah ia harus memiliki tubuh yang kuat, sehat, dan trampil.
b.      Sehat rohani, maksudnya ia harus memiliki mental yang kuat, teguj pendirian, istiqomah, bersemangat tinggi, tahan terhadap segala godaan maupun cobaan, dan tawakal kepada Allah.
c.       Sehat aqli, maksudnya ia harus memiliki akal yang cerdas, sehat, mampu berpikir kritis, punya wawasan luas dan berilmu pengetahuan tinggi.
5.      Giat Menuntut Ilmu
Islam sangat menghargai ilmu dan orang-orang yang berilmu. Dalam QS. Az-Zumar: 9, Allah mengajukan pertanyaan yang bersifat sindiran terhadap orang yang bodoh da pujian terhadap orang-orang yang pintar (berilmu) yang artinya “Katakanlah, adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu? Sesungguhnya yang bisa menerima pelajaran itu hanyalah orang-orang yang berakal”.
Untuk memahami moral, kita harus memposisikan hati nurani (qolbu) dalam keadaan sehat, jernih, dan suci maka segala amal perbuatan manusiapun menjadi bermoral. Akal manusia diberikan untuk berfikir secara logis dengan batas kemampuan berfikirnya masing-masing. Dan dari berfikir itu lah manusia dapat menemukan sebuah ilmu. Apabila ilmu dihubungkan dengan moral maka tentu saja akan menghasilkan manfaat yang besar.
6.      Bercita-cita Bahagia Dunia dan Akhirat
Islam adalah agama yang menyeru umatnya untuk mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat sekaligus. Islam tidak membenarkan seseorang hanya mengejar kebahagiaan akhirat semata, sampai-sampai melupakan atau mengorbankan kebahagiaan hidupnya di dunia. Berpijak dari pernyataan tersebut, maka manusia hendaknya bersikap :
a.       Tekun beribadah, berhati-hati dan sangat teliti dalam menjalankannya.
b.      Gemar bekerja keras, tekun, giat, dan tahan menghadapi tantangan dan cobaan, namun tetap bertawakal kepada Allah.
c.       Bila terjadi kontradiksi antara kepentingan dunia dengan kepentingan akhirat, maka dia akan lebih mementingkan kepentingan akhirat.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
     Manusia adalah makhluk paling mulia di alam ini. Allah telah membekalinya dengan keistimewaan-keistimewaan yang menyebabkan ia berhak mengungguli makhluk lain. Sedangkan moral adalah sopan santun, kebiasaan, adat istiadat dan aturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
     Di lingkungan masyarakat kita terdapat aturan-aturan yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengarah pada  manusia untuk bergaul, berpakaian, bersikap, dan lain sebagainya. Fitrah manusia sebagai manusia yang terlahir dalam keadaan baik, maka sudah sepatutnya dalam pengembangan hidupnya dan menjalani hidupnya dengan berbagai kebaikan dan bermoral.
     Nilai-nilai moral mengandung nasihat, peraturan, dan perintah yang turun temurun melalui suatu budaya tertentu. Sudah sepatutnya manusia bermoral baik dalam kehidupannya karena mereka hidup bersama dan saling berinteraksi, manusia harus mempunyai kepribadian baik untuk saling menghargai dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam beribadah kepada Allah.
B.     Saran
     Dengan pembuatan makalah ini kita dapat mempelajari dan memahami serta mengambil hikmah betapa pentingnya moral dalam kehidupan umat manusia. Mengetahui ciri-ciri manusia yang bermoral menjadikan kita semakin tahu bagaimana menjalani kehidupan bermasyarakat dengan lebih baik. Semakin yakin untuk tunduk dan beribadah kepada Allah serta mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat sekaligus.




DAFTAR PUSTAKA

·         Suharto, Toto. 2016. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. III; Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
·         Budiyanto, Mangun. 2013. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta : Penerbit Ombak.
·         Tafsir, Zaenal Arifin dan Komarudin. 2002. Moralitas Al-Qur’an dan Tantangan Modernitas. Yogyakarta : Gama Media Offset.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar