Minggu, 29 Oktober 2017

PENGERTIAN ILMU TAUHID HUKUM

MAKALAH
PENGERTIAN ILMU TAUHID HUKUM DAN MANFAATNYA
Disusun guna memenuhi tugas ilmutauhid
Mata kuliah :IlmuTauhid
Dosen pengampu : Bapak Zainuri

Disusunoleh:
Azliyanitanurfitriya (1705036004)
Putrinurimami (1705036005)
Sejahtera (1705036006)

S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2017



Kata pengantar
Pujisyukurkehadiratallahswt yang telahmemberikankaruniakepadahambanyasehinggadapatmenjalankantugasdankewajibanya. Berkatilham yang dititipkanallahkepada kami, kami  dapatmengerjakantugasmakalahinidenganbaikdanlancar. Semogaallahmemberiberkahpadailmu kami danmakalahinidapatbermanfaatuntuk kami khususnyadanjugapada orang lain. Apabilaterdapatkesalahandalammakalahini kami mohonmaaf yang sebesar-besarnya.
Semoga yang membacadapatmembacadanmemahamimakalahinidandapatmenambahwawasanbagipembaca.
Semarang, September 2017


















Daftarisi
1.      Pengertiantauhiddanilmutauhid

2.      Kedudukandasar-dasardanhukummempelajarinya

3.      Manfaatilmutauhiduntukkehidupan













Bab 1
Pendahuluan
A.    Latarbelakang
Ilmu tauhid adalah suatu cabang ilmu pengetahuan  yang membahas tentang keesaan allah yang mutlak. Ilmutauhid merupakan pokok ajaranislamkarenaberkenaandenganaqidahdanimanbahwaallahadalahtuhan yang mahaesa, penciptaalamdanisinyasertapengaturalamsemesta. Ilmutauhidmembahastentangmasalah-masalah yang berhubungandengankeyakinan yang harusterpatri di dalamhatisecarakuat.
Banyaksekalibuku-bukutentangilmutauhid di terbitkan di Indonesia sebagaisuatuwawasantentangcaraberiman yang benarsetulushatijiwadan raga agar terhindardariperbuatansyirik. Salah satubukutentangilmutauhid yang diterbitkanadalahbukukarangan Dr. muniroh, M.Ag, mengenaisejarah, metode, ajarandananalisisperbandingandalamilmutauhid (ilmukalam) denganadanyaberbagaireferensibukusemogaimandantakwakitakepadaallahswtsemakinkuatdanbertambah.
B.      Rumusanmasalah
Ø  Mempelajaripengertianilmutauhidsecaralebihluas
Ø  Mengetahuidasardanhukumilmutauhid
Ø  Manfaatdarimempelajariilmutauhiduntukkehidupan

C.      Tujuan
Ø  MeningkatkankualitasimandantaqwakitakepadaallahSWT
Ø  Memperkuat kepercayaan kita kepada Allah SWT.
Ø  Supaya kita dapat mengetahui dan mendalami ilmu tauhid agar tidak muncul kesalahfahaman

D.     Manfaat
Ø  beribadahdapatdengansetulushatisemata-matakarenaallahswt.




Bab 2
Pembahasan
       I.            Pengertianilmutauhid
Menurutbahasailmutauhidberasaldaribahasaarab “tauhid’ bentukmasdar (infinitive) dari kata wahhada, yang artinya al-I’tiqaadubiwahdaniyatillah (keyakinanataskeesaanallah). Sedangakansecaraistilahtauhidialahmenyakinibahwaallahswtituesadantidakadasekutubaginya. Kesaksianinidirumuskandalamkalimatsyahadat.Laaillahaillaallah (tidatuhanselainallah).
menurutpendapat yang dikemukakanoleh Muhammad abduh(w. 1332 H/ 1905 M) Yang mengatakanbahwailmutauhid (ilmukalam) atauteologiislamadalah “ilmu yang membahastentangallah”: sifat-sifat yang wajibdan yang boleh di tetapkanbaginya, sertaapa yang wajibdinafikandarinya;tentangpararosuluntukmenetapkanapa yang wajib, yang boleh, dan yang terlarangdinisbahkankepadanya”. Senadadenganiniadalahdefinisi yang disampaikanolehharunnasutionbahwailmutauhidatauteologiislamadalahilmu yang membahaswujudallah, sifat-sifatnya, kenabian, alamdanhubungantuhandenganmakhluk-makhluknya. Merujukduadefinisiilmukalamyang telahdisampaikanoleh Muhammad abduhdanHarunnasutiontersebut, denganpenekanankuatpadadimensiontologis, kiranyadapatditegaskanbahwa yang menjadikajianilmutauhid (teologiislam) adalahtuhanterutama (sifat-sifatnya), kerasulan, alam (termasukalamghaib) danhubungantuhandenganmakhluknya.Adapunpengertianilmutauhid (teologiislam), yang lebihmenekankandimensi epistemology-metodologis (dankadangkalaterkandungjuga di dalamaspekaksiologis), antara lain terepresentasikandalamrumusan yang disampaikanolehadhudad-din al-iji (756 H/ 1355 M). Sebagaimanadinukilolehyunanyusuf, adhudad-din al-ijimembuatrumusandefinisiilmukalam (teologiislam) sebagai “ilmu yang dipergunakanuntukmenetapakanaqidah (islam) denganmempergunakandaliluntukmembantahpenyelewengan (as-syubhah) dalammasalahaqidah” .

v  Nama-namailmutauhid
Ilmutauhidmemilikibeberapasebutanantara lain:
a.      Ilmuushuluddin
b.      Ilmuaqaid
c.       Ilmukalam
d.      Iman
e.      Fiqihakbar

v  Ruanglingkuptauhid
Pokok-pokokpembahasan yang menjadiruanglingkupilmutauhidmeliputitigahalsebagaiberikut:
1.      Ma’rifat al-mabda’ yaitumempercayaidenganpenuhkeyakinantentangpenciptaanalamallahswt. Hal iniseringdiartikandenganwujud yang sempurna, wujudmutlakatauwajibulwujub.
2.      Ma’rifat al-watsiqahyaitumempercayaidenganpenuhkeyakinantentangparautusanallahswt. Yang menjadiutusandanperantaraallahswt. Denganumatmanusiauntukmenyampaikanajaran-ajarannya, tentangkitab-kitaballah yang dibawaolehparautusannyadantentangparamalaikatnya.
3.      Ma’rifat al-ma’adyaitumempercayaidenganpenuhkeyakinanakanadanyakehidupanabadisetelahmati di alamakhiratdengansegalahalihwal yang ada di dalamnya

v  Macam-macamilmutauhid
Berdasarkanjenisdansifatkeyakinantauhid, paraulamamembagiilmutauhiddalamempatbagianyaitu;
1.      Tauhiduluhiyahadalahtauhidibadah yang berarti, mengimaniallahswtsebagaisatu-satunyaillah (tuhan) yang layak di sembah.
2.      Tauhidrububiyahadalahtauhidketuhanan yangberarti,mengimaniallahswtsebagaisatu-satunyarobb (penguasa, pemelihara) alamsemesta.
3.      Tauhidmulkiyahadalahmengimaniallahswt, sebagaisatu-satunyapenguasa di alamraya.
4.      Tauhidasma was sifatadalahpenetapandanpengakuan yang kokohatasnamadansifat-sifatallahswt. Yang luhurberdasarkanpetunjukallahswt. Dalamalqur’andan al hadis.

      II.            Kedudukandasar-dasardanokummempelajarinya
1.      Kedudukanilmutauhidadalahaqidah, yaknisebagaifundamenbagibangunan agama sertamerupakansyaratsahnyaamal.
Sebagaimanafirmanallahswt:
“Barangsiapamengharapperjumpaandengantuhannyamakahendaklahiamengerjakanamal yang shalihdanjanganlahiamempersekutukanseorang pun dalamberibadahkepadatuhannya (QS:al kahfi 110).
2.      Tauhidadalahtujuandiutusnyapararosul
Allah swtberfirman, “Dan Sungguh kami telahmengutusrosulpadatiap-tiapumat (untukmenyerukan) :
“Sembahlahallah, danjauhilahthaghutitu”, (annahl 36)
3.      Tauhidmerupakanperintahallah yang paling utamadanpertama
Allah swtberfirman :
“sembahlahallahdanjangalahkamumempersekutukannyadengansesuatu pun. Dan berbuatbaiklahkepadadua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anakyatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekatdantetanggajauh, dantemansejawat, ibnusabildanhambasahaya mu.Sesungguhnyaallahtidakmenyukai orang-orang yang sombongdanmembangga-banggakandiri”. (annisa’ 36)

    III.            Manfaat mempelajari ilmu tauhid
1.      Mengetahui tentang Allah SWT. Dengan segala hal yang ada padanya
2.      Mendapatkan informasi tentang rukun iman (iman kepada Allah, malaikat, rosul, kitab, dan hari kiamat) dan rukun islam
3.      Melaksanakan perintahnya dan menjauhi segala larangannya
4.      Semakin meningkatkan dan memperteguh keimanan kita

    IV.            Kesimpulan
Pengalaman agama dalam islam, bisa kita simpulkan, tidak lain dari realisasi dari prinsip bahwa hidup dan kehidupan ini tidaklah sia-sia bahwa ia mesti memenuhi tujuan yang hakikatnya tidak dapat disamakan dengan aliran alami selera manusia dalam mengejar kepuasan demi kepuasan, bagi seorang muslim, finalitas terdiri dari dua tatanan yang sama sekali berbeda, tatanan alamiah dan tatanan transenden, dan pada yang terakhir inilah dia mencari nilai-nilai untuk mengatur alur tatanan yang pertama.

      V.            Kritik
Banyaknya buku tentang ilmu tauhid yang memiliki berbagai perbedaan dapat menjadikan pertentangan dikalangan kaum awam yang memiliki pedoman dan pandangan yang berbeda antara satu dengan yang lain.

    VI.            Saran
Menerima segala asumsi ilmu pengetahuan tentang ilmu tauhid dan menyaringnya dalam satu kesatuan ilmu tauhid yang lain





DAFTAR PUSTAKA
Abduh muhmmad, risalah at-tauhid, dar al-Ihya’ al-Ulum, Beirut, 1986.
Abdul al-jabbar, al-qadli, Syarh al-Ushul al-khamsah, Maktabah Wahbah beirut, 1965.
Abu Hanifah, al-fiqh al-akbar, Dar al-kutub al-islamiyah, Beirut, 1984.
Ahmad Hanafi, Theology islam (Ilmu kalam), Bulan Bintang, Jakarta, 1974.
Abdullah, M. Amin, Studi Agama, Normativitas atau Historisitas?, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999.
Abdullah, M. Amin (ed), Mencari Islam, Studi Islam dengan Berbagai Pendekatan, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2000.
Abdullah, M. Amin, Falsafah Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004.
Abdul Mu’in, Taib Thahir, Ilmu Kalam, Wijaya, Jakarta, 1986.
Adam, D.S, “Theology”, dalam Encylopaedia of Religion and Ethies, Vol. XII, Llondon, Macmillan LTD, t.th.

Wordpress.com






























SANAD, MATAN RAWI HADIS

SANAD,MATAN, DAN RAWI HADITS

MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Ulum Al-Hadits
Dosen Pengampu : Prof.Dr.Hj. Siti Mujibatun, M.Ag


       Disusun Oleh :
  
1. Denaneer Alfi Oktafiani       ( 1705036012 )
                                          2. Yunia Elviyanti                      ( 1705036013 )
                    3. Vivi Al hidayah                      (  1705036014 )                 
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2017

I.     PENDAHULUAN
 Hadits yang dipahami sebagai pernyataan, perbuatan, persetujuan dan hal yang berhubungan dengan Nabi Muhammad SAW. Dalam tradisi islam, hadits diyakini sebagai sumber ajaran kedua setelah al-qur’an. Disamping itu hadits juga memiliki fungsi sebagai penjelas terhadap ayat-ayat al-qur’an yang bersifat global/umum. Hadits merupakan teks kedua, sabda-sabda nabi dalam perannya sebagai pembimbing bagi masyarakat yang beriman.
 Hadits memiliki tiga unsur utama atau terdiri tiga bagian yang tidak bisa dipisahkan yaitu: Sanad, Matan, dan Rawi.
 Untuk itu, dalam pembahasan makalah ini kami akan menyajikan bahan diskusi yang berjudul Sanad, Matan dan Rawi hadits. Kami akan mencoba memaparkan apa itu Sanad, Matan dan Rawi hadits beserta contohnya.



II.       RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana pengertian sanad beserta contohnya?
B.     Bagaimana pengertian matan beserta contohnya?
C.     Bagimana pengertian rawi beserta contohnya?



III.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian sanad beserta contohnya.
2.      Untuk mengetahui pengertian matan beserta contohnya.
3.      Untuk mengetahui pengertian rawi beserta contohnya.



IV.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sanad beserta contohnya
Sanad secara bahasa berarti al-mu’tamad , yaitu yang dipegangi (yang kuat/yang bisa dijadikan pegangan atau dapat juga diartikan:
ما تفع من الارض
Yaitu sesuatu yang terangkat (tinggi) dari tanah.
Bentuk jamaknya adalah isnad, segala sesuatu yang disandarkan kepada yang lain disebut musnad. Isnad berarti menyandarkan atau mengangkat hadits kepada pengucapnya, yakni menjelaskan jalur matan dengan periwayatan hadits secara berantai. Namun kadang kata isnad diartikan semakna dengansanad, yaitu proses penggunaan mashdar dengan arti bentuk maf’ul, seperti kata al-khalq yang diartikan dengan makhluk. Karena itu kita sering mendengar para ahli hadits menggunakan kata sanad dan isnad dengan satu makna.  Secara terminologis, definisi sanad ialah:
هو طريق المتن اي سلسلة الروا الذين تقلو االمتن من مصدره الاول
Sanad adalah jalannya matan, yaitu silsilah para perawi yang memindahkan (meriwayatkan) matan dari sumbernya yang pertama.
Orang-orang maksudnya ialah susunan atau rangkaian orang-orang yang menyampaikan materi hadits tersebut, sejak yang disebut pertama sampai Rasul SAW, perkataan, perbuatan, ketetapan, dan lainnya merupakan materi atau matan hadits. Dengan pengertian diatas, maka sebutan sanad hanya berlaku pada rangkaian orang-orang, bukan dilihat dari sudut pribadi secara perorangan. Sedangkan sebutan untuk pribadi, yang menyampaikan hadits dilihat dari sudut orang-perorangannya, disebut dengan rawi.
Contoh sanad:

Artinya :
Dari Muhammad yang diterima dari Abu Salamah yang diterimanya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya tidak akan memberatkan terhadap umatku, niscaya aku suruh mereka bersiwak (menggosok gigi) setiap akan melakukan shalat”. (H.R At-Tirmidzi)

KETERANGAN: yang di garis bawahi merupakan sanad hadits

B.     Pengertian Matan beserta contohnya
Kata matan atau al-matan, menurut bahasa berarti ma shaluba wa irtafa’a min al-ardhi (tanah yang meninggi). Secara terminologis, istilah matan memiliki beberapa definisi, yang pada dasarnya maknanya sama, yaitu materi atau lafal hadits itu sendiri. Pada salah satu definisi yang sangat sederhana misalnya, disebutkan bahwa matan itu ialah ujung atau tujuan snad (gayah as-sanad). Dari definisi ini memberikan pengertian bahwa apa yang tertulis setelah (penulisan) silsislah sanad, adalah matan hadits.
ما ينثمى اليه اللسند من الكلام
Suatu kalimat tempat berakhirnya.
Sedangkan ath-Thibi mendefinisikannya dengan:“Lafal-lafal hadits yang didalamnya mengandung makna-makna tertentu “(Ajjaj al-Khathib)
Kalimat “ujung sanad”, “tempat berakhirnya sanad”, atau lafal hadits yang didalamnya mengandung makna-makna tertentu, kegiatannya menunjukkan kepada peahaman yang sama, yaitu bahwa yang disebut matan ialah materi atau lafal hadits itu sendiri, yang penulisannya ditempatkan setelah sanad dan sebelum rawi atau mudawwin.[1]
Contoh matan:


Artinya :
Dari Muhammad yang diterima dari Abu Salamah yang diterimanya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya tidak akan memberatkan terhadap umatku, niscaya aku suruh mereka bersiwak (menggosok gigi) setiap akan melakukan shalat”. (H.R At-Tirmidzi)

KETERANGAN: yang digaris bawahi adalah matan

C.    Pengertian Rawi beserta contonya

Rawi adalah sebutan untuk orang yang meriwayatkan hadis.Sanad dan rawi hampir sama, namun berbeda.Hal yang membedakan antara rawi dan sanad terletak  pada pembukuan dan pentadwinan hadis.Orang yang menerima hadis dan menghimpunya dalam suatu kitab tanwin disebut dengan perawi. Dengan demikian perawi dapat disebut mudawwin (orang yang membukukan dan menghimpun hadis). Adapun orang yang menerima hadis dan hanya menyampaikanya kepada orang lain tanpa membukukanya disebut sanad hadis. Maka dari itu, dapat dikatan bahwa setiap sanad adalah rawi pada tiap tiap thabaqotnya,tetapi tidak semua rawi disebut sanad hadis. Selain itu,dalam penyebutanya yang disebut sanad pertama adalah orang yang langsungmenyampaikan hadis tersebut kepada penerimanya,sedangkan yang disebut rawi pertama adalah para sahabat Nabi SAW.Dengan demikian penyebutan silsilah antara kedua istilah ini merupakan kebalikanya, artinya adalah rawi pertama adalah sanad terakhir dan sanad pertama adalah rawi pertama.[2]
Contoh Rawi :
Artinya :
Dari Muhammad yang diterima dari Abu Salamah yang diterimanya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya tidak akan memberatkan terhadap umatku, niscaya aku suruh mereka bersiwak (menggosok gigi) setiap akan melakukan shalat”. (H.R At-Tirmidzi).

 KETERANGAN:  yang digaris bawahi adalah RAWI



















 V.            PENUTUP
1.Kesimpulan
·    Jadi, kesimpulan sanad secara bahasa adalah al-mu’tamad yaitu yang dipegangi (yang kuat/ yang bisa dijadikan pegangan. Sedangkan menurut istilah, sanad adalah jalanya matan, yaitu silsilah para perawi yang memindahkan matan dari sumber yang pertama.
·    Matan menurut bahasa berarti ma shaluba wa istafa’a minal ardhi ( tanah yang meninggi). Secara istilah adalah materi atau lafal dari hadis itu sendiri.
·    Rawi adalah sebutan untuk orang yang meriwayatkan hadits (orang yang membukukan dan menghimpun hadits.









DAFTAR PUSTAKA

Majid,Abdul, M.Ag. 2012. Hadits Tarbawi . Jakarta :Kencana Prenadamedia Group.
Sahrani, Sohari, M.M, M.H . 2010. Ulumul Hadits. Bogor : Ghalia Indonesi   Zarkasih, M.Ag. Dasar-dasar Study Hadits. Yogyakarta : Aswaja Pressindo.









[1] Drs.Sahari Sahrani,M.M.,M.H. (2010). Ulum Hadits.Bogor. Ghalia Indonesia. hal 129-132
[2] Dr.Zarkasi,M.Ag., Dasar-Dasar Study Hadits .Yogyakarta. Aswaja Pressindo.hal 8